JAS39 Gripen Ditawarkan ke Indinesia |
Indonesia dalam waktu dekat bisa saja menambah Pesawat tempur yang
didatangkan dari luar negara seperti Amerika Serikat (AS), Rusia dan
Korea Selatan. Produsen Pesawat, Saab Swedia secara resmi telah
menawarkan pesawat multi peran, JAS39 Gripen kepada pemerintah
Indonesia.
“Kami telah mengajukan proposal resmi kepada Kementerian Indonesia
pada Februari lalu dan kami menawarkan berbagai pola kerja sama dan
transfer teknologi yang baik,” kata Kepala Saab Indonesia, Carl
Calqvist, di Jakarta, Senin (27/06/2016) seperti dikutip dari antara.
JAS39 Gripen hingga saat ini telah diproduksi hingga versi JAS39
Gripen A/B, JAS39 Gripen C/D, dan paling mutakhir JAS39 Gripen NG (E/F)
yang baru diluncurkan pada 18 Mei 2016 lalu di Linkoping, Swedia, dengan
teknologi melengkapi pesawat tempur di kelasnya.
Saab Swedia telah menawarkan pilihan varian pesawat buatannya apa
saja yang diinginkan Indonesia, JAS39 Gripen C/D atau JAS39 Gripen NG
(E/F). Sampai saat ini, JAS39 Gripen NG dan keluarga Gripen merupakan
“pendatang baru” dalam kategori pesawat tempur canggih dunia dan diklaim
sekelas dengan keluarga Sukhoi Su-27, Su-30, dan Su-35, keluarga F-16
Fighting Falcon, Eurofighter Typhoon, dan Dassault Rafale.
Salah satu keunggulan JAS39 Gripen adalah bisa lepas landas dan
mendarat pada angka ratusan meter saja di jalan raya yang memiliki 15
meter. Untuk mendukung operasionalisasi dan perawatan/pemeliharaan lapangan
satu skuadron penuh JAS39 Gripen, cukup diladeni belasan teknisi dan
peralatan serta suku cadang yang dibawa dalam satu Hercules C-130.
Saab yang berkantor pusat di Stockholm, menawarkan pola pembelian dan
kerja sama serta pengembangan dan teknologi untuk satu skuadron pesawat
tempur atau sekitarc 16 unit. Nilai kontrak yang diajukan, yaitu 1,14
miliar dolar Amerika Serikat untuk paket pembelian satu skuadron JAS39
Gripen.
“Yang menarik, enam di antara jumlah yang dibeli Indonesia itu nanti
akan dirakit di Indonesia. Ini proses penting untuk penguasaan
teknologinya,” kata Calqvist. Selain itu, penawaran yang diajukan juga akan melibatkan perguruan
tinggi dan institusi penelitian-pengembangan dan industri pertahanan
nasional di Indonesia.
Ditambahkan Calqvist, jika penawaran dari Saab
diterima, sekitar 1.000 tenaga kerja ahli Indonesia bisa turut dalam
proyek pengembangan. Nantinya Sisa dari unit JAS39 Gripen yang dipesan Indonesia, dibangun
di hanggar produksi Saab di Linkoping, Swedia dan dikerjakan bersama
dengan para teknisi dan ahli dari Indonesia dari proses pembuatan awal
hingga akhir.
Terdapat beberapa skema dan tahapan yang dirancang dalam pola kerja sama yang ditawarkan di proposal itu. Diantaranya, TNI AU di
dapat memperbaiki dan mereparasi tahap tertentu sehingga menghemat
pengeluaran untuk pemeliharaan dan perawatan karena bisa dilaksanakan di
Indonesia.
Swedia memang dikenal dengan konsep Triple Helix-nya, di mana
pemerintah, institusi pendidikan tinggi-penelitian dan pengembangan, dan
industri pertahanan berada dalam visi dan derap langkah yang sama. “Kami bukan negara super power dan kami sangat sadar itu.
Inilah yang
membuat kami mengembangkan semuanya secara cerdas dan terpadu dalam
sistem yang telah teruji dan kami menaruh perhatian sangat besar pada
kualitas SDM,” lanjut Calqvist. Saab Swedia menjamin unit pesawat tempur bermesin tunggal multi peran
(interseptor, serang darat, dan pengamatan-pengendalian tempur) ini
bisa mendarat di Bumi Pertiwi hanya 12 bulan setelah kontrak pasti
ditandatangani.
Hal ini Berbeda dengan penawaran yang biasa diterima sebelumnya.
Umumnya pesawat tempur baru hadir unitnya di negara pemesan antara tiga
hingga lima tahun setelah kontrak pasti ditandatangani. Indonesia rencananya akan mengganti armada F-5E/F Tiger II di
Skuadron Udara 14 TNI AU yang telah berdinas lebih dari 30 tahun dengan
kemampuan teknologi yang telah usang.
Sumber : antaranews.com
EmoticonEmoticon