Saturday, June 25, 2016

Menolak Prinsip Uni Eropa tentang Free Movement, Sebab Cameron Tuding Putin Intervensi Brexit

Menolak Prinsip Uni Eropa tentang Free Movement, Sebab Cameron Tuding Putin Intervensi Brexit

Perdana Menteri Inggris David Cameron menuding Presiden Rusia Vladimir Putin campur tangan terkait polemik Brexit. Putin dianggap memengaruhi keputusan publik Inggris untuk memilih hengkang dari Uni Eropa. Sebelumnya, Cameron sempat melontarkan pernyataan bahwa Putin akan senang jika Inggris benar-benar keluar dari Uni Eropa. 

Tidak terima dituding ikut andil dalam polemik Brexit, Putin pun membela diri dengan menyatakan bahwa pilihan rakyat Inggris untuk Brexit disebabkan oleh kepemimpinan Inggris yang arogan. Tudingan Cameron terhadap Putin ini tidak lepas dari rentetan pernyataan Putin tentang sebab munculnya referendum Brexit di Inggris. 

Pada sebuah KTT di Tiongkok, Putin memang sempat menyebutkan alasan rakyat Inggris memilih Brexit, antara lain Inggris tidak mau mensubsidi ekonomi negara Uni Eropa lain dan menolak prinsip Uni Eropa tentang free movement, yang telah membawa banyak imigran datang dan menetap di Inggris.

Komentar-komentar Putin itulah yang dianggap memengaruhi publik Inggris untuk memilih negaranya hengkang dari Uni Eropa. Anggapan tersebut memaksa Putin untuk mengklarifikasi pernyataan yang sempat ia sampaikan. Menurutnya, Rusia tidak memiliki rencana untuk mengganggu hasil referendum di Inggris.

“Tapi seperti yang kita lihat sekarang bahkan klaim seperti ini tidak memiliki efek yang diinginkan oleh orang-orang yang sudah membuat (pilihan). Tidak ada yang memiliki hak untuk membuat klaim pada posisi Rusia, terutama setelah suara (referendum) dihitung. Ini tidak lain hanyalah sebuah contoh dari rendahnya budaya politik,” kata Putin. 

Seorang analis Rusia, Martin McCauley percaya bahwa tuduhan terhadap Rusia dan Vladimir Putin sebagai bagian dari alasan untuk Brexit dapat dijelaskan oleh fakta bahwa Pemerintah Inggris enggan untuk menghadapi kebenaran dan mengakui kegagalannya sendiri atas ekonomi, sosial dan politik.

Menurut McCauley, Vladimir Putin dijadikan kambing hitam dalam polemik tersebut. Rusia dan Inggris memang tengah terlibat ketegangan sejak krisis Ukraina. Pasalnya, David Cameron sempat mengusulkan untuk memperpanjang sanksi terhadap Rusia saat rapat pemimpin G7. 

Polemik Brexit ini membuat hubungan kedua negara semakin memanas. Pada Jumat pagi (24/6/2016), kelompok leave di Inggris menang dalam referendum Brexit, dengan meraih hampir 52 persen suara sehingga menarik negeri tersebut ke luar Uni Eropa.



Sumber : JakartaGreater.com


EmoticonEmoticon

HOT NEWS

Perang Urat Syaraf Ahok, Risma Mulai Bergemuruh