Satu pesawat tempur Rafale milik Angkatan Udara Perancis sedang lepas landas untuk tampil dalam ajang Pameran Dirgantara Langkawi di Malaysia, Maret 2015. (Chris Pocock) |
Menurut seorang sumber yang hadir dalam ajang Trade Media Briefing
2016 yang diselenggarakan oleh Airbus Defence and Space di Munich,
mengatakan bahwa Pemerintah Malaysia sedang mempertimbangkan untuk
membeli jet tempur Dassault Rafale atau Eurofighter Typhoon.
Tiga
faktor utama dipilihnya dua jet tempur itu adalah karena keduanya sudah
combat proven, bermesin ganda, dan pihak pabrikan masing-masing
menawarkan skema kerja sama, termasuk dalam hal perawatan pesawat.
Saat ditanya, apakah Malaysia tidak ingin membeli Su-35 atau penempur
lainnya karena sudah memiliki Sukhoi Su-30MKM sebanyak 18 unit lengkap
dengan persenjataannya? “Bisa saja, tapi saat ini arah yang paling kuat
adalah kepada Rafale atau Typhoon,” ujar sumber itu.
Namun, ia tidak dapat menjamin 100% karena politik di Malaysia sangat
berperan besar dalam memilih salah satu Alutsista yang akan dibeli.
Ramai dibicarakan A, bisa jadi pemerintah tiba-tiba membeli B. “Itulah
gambaran di Malaysia,” tambahnya.
Jika pemerintah Malaysia jadi mendatangkan Rafale atau Typhoon, maka
sama dengan menghadirkan pisau baru ke kawasan Asia Tenggara dan
Pasifik. Perimbangan kekuatan di kawasan regional akan makin terasa.
Singapura mengandalkan F-15SG dan F-16C/D yang sedang melakukan upgrade radar ke AESA.
Indonesia mengandalkan Su-27/30, F-16A/B, dan F-16C/D, Thailand
mengandalkan F-16A/B dan Gripen C/D, Vietnam mengandalkan Su-27/30,
Malaysia mengandalkan Su-30MKM dan F/A-18D. Sementara, Australia mengandalkan F/A-18A/B, F/A-18E/F, EA-18G, dan F-35.
Dari sisi persenjataan, pesawat-pesawat yang disebut hampir semua
dapat membawa rudal-rudal mutakhir. Sementara, pesawat Rafale maupun
Typhoon sudah disiapkan mampu membawa rudal-rudal mutakhir andalan Eropa
produksi MBDA seperti ASRAAM, MICA, Meteor, Brimstone/ SCALP EG, dan
lainnya.
Negara-negara lain tak hanya telah melengkapi kekuatannya dengan
pesawat tempur, tetapi juga dengan pesawat misi khusus (AEW&C) yang
akan memandu pesawat tempur di medan pertempuran. Mereka juga telah membeli satu paket pesawat tempur lengkap dengan
persenjataan dan suku cadangnya untuk beberapa tahun ke depan.
Tidak
“ngeteng” dan membiarkan penempurnya menjadi macan ompong terlebih
dahulu selama bertahun-tahun. Kehadiran berbagai jet tempur modern di kawasan yang saling
berdekatan akan membawa pengaruh signifikan.
Intersepsi antarpesawat
akan sering terjadi dengan alasan utama adalah menjaga dan mengamankan
kedaulatan udara masing-masing. Selain itu, diplomasi dari sisi kekuatan
senjata juga akan meningkat tajam.
Sumber: Roni Sontani/Majalah Angkasa
EmoticonEmoticon