Surakarta – Salah satu yang menjadi unggulan dalam perayaan Hari
Kebangkitan Teknologi Nasional ke-21 di Stadion Manahan Surakarta,
(10/8/2016), adalah kapal selam nirawak hasil kerja sama antara PT
Hidrolab Naval Indonesia dan Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi.
Acara yang yang dihadiri Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi, Muhammad Nasir serta Wakil Gubernur Jawa Tengah, Heru Sudjatmoko
ini, menampilkan hasil riset serta inovasi karya peneliti Indonesia
dari berbagai instansi.
Ada tiga jenis kapal selam nirawak yang dihasilkan dari kerja sama
tersebut, namun yang dipamerkan hanya kapal nirawak bernama Yellow Juku. Petugas Sistem Kontrol Juku PT Hidrolab Naval Indonesia Priyo Sasoko
mengatakan, nama ‘Juku’ diambil dari bahasa Makassar yang berarti ikan.
Dinamakan seperti itu karena alat ini dirancang untuk memperoleh
data-data yang ada di dalam laut.
“Sea glider ini dirancang untuk memperoleh data-data apa pun yang ada
di dalam laut, bisa data tentang populasi ikan di suatu perairan untuk
mengetahui jika ada illegal fishing, dan lain-lain,” ujar Priyo.
Kapal selam ini bisa menyelam hingga kedalaman maksimal satu kilometer di bawah laut.
“Prinsipnya, Yellow Juku ini mengambil air, sehingga bisa menyelam.
Yellow Juku mengeluarkan kembali air tersebut, sehingga bisa kembali ke
permukaan. Selama berjalan, Yellow Juku, selalu memasukkan dan
mengeluarkan air, sehingga pergerakannya seperti glider (peluncur) yang
turun naik ke permukaan laut,” ujar Priyo.
Yellow Juku dilengkapi dengan baterai yang mampu bertahan hingga satu
tahun di bawah permukaan laut. Kapal ini dilengkapi artificial
inteligent atau kecerdasan buatan yang membuat Yellow Juku mampu
bermanuver ke laut lepas untuk melakukan pengawasan di permukaan laut.
Kapal selam ini juga dilengkapi dengan berbagai sensor yang
disesuaikan dengan kebutuhan. Jika penggunanya adalah Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP), sensor yang dihadirkan untuk membaca
kandungan plankton.
“Kalau banyak plankton, artinya laut tersebut banyak
ikannya,” ujar Priyo. Yellow Juku juga dibekali sensor kecerdasan buatan untuk mengenali
suhu, kadar garam, dan parameter lainnya yang ada di dalam lautan, yang
selama ini belum bisa dijangkau.
“Jika Juku memiliki informasi atau data tentang kondisi laut di suatu
lokasi, Juku bisa mengirimkannya ke satelit dan mengirim data itu
kepada pengontrol,” ujar Priyo. Pproses pengiriman data ke satelit hanya
bisa dilakukan, jika Juku sedang muncul ke permukaan, bukan saat di
bawah permukaan laut.
Sayangnya, hingga kini belum ada pihak swasta maupun institusi negara
yang menggunakan Juku untuk mempermudah pekerjaannya. Padahal,
institusi seperti KKP bisa memanfaatkan Juku untuk mengetahui potensi
perikanan di suatu wilayah laut.
Dengan mengetahui data potensi perikanan, nelayan pun dapat terbantu
dalam mengumpulkan ikan. Selain itu, KKP juga akan mempunyai data
demografis nelayan, sehingga, Juku akan memberikan manfaat bagi berbagai
pihak.
Untuk Kementerian Pertahanan, Juku mampu mendeteksi kondisi bawah
laut Indonesia. Juku akan diluncurkan akhir tahun 2016. Bahkan,
perusahaan berencana mengujicoba 10 unit Juku di perairan Indonesia.
Sumber : Liputan6.com
EmoticonEmoticon