Bagi pemerhati alutsista, nama Iver Huitfeldt Class dari Denmark
mungkin sudah tak asing didengar, inilah peringkat keempat frigat paling
mematikan versi defencyclopedia yang ditawarkan untuk TNI AL. Selain
kapabilitas tempurnya yang tinggi, frigat dengan desain modular ini
bakal menjadikan TNI AL sebagai pengguna kapal perang tercanggih di
kawasan Asia Tenggara.
Dan menyesuaikan dengan kebutuhan Indonesia,
frigat berbobot 6.649 ton ini ditawarkan dengan fleksibilitas dan
kustomisasi, bahkan Denmark menawarkan pembangunan kapal light destroyer
ini di Indonesia. Dalam pertemuan penulis bersama Casper Klynge, Duta Besar Kerajaan
Denmark untuk Indonesia, disebutkan bahwa Denmark sangat serius untuk
menawarkan frigat ini ke Indonesia.
“Kami menawarkan frigat Iver
Huitfeldt Class dalam fleksibilitas terkait perlengkapan senjata dan
sensor yang dibutuhkan Indonesia. Kami juga menawarkan untuk pembangunan
kapal perang ini di fasilitas galangan Indonesia, dan ini akan menjadi
peluang positif bagi industri di dalam negeri, dan tentunya skema ToT
(Transfer of Technology),” ujar Casper Klynge kepada Indomiliter.com.
Indomiliter bersama Duta Besar Denmark, Casper Klynge (kedua dari kiri). |
Seperti dipaparkan dalam tulisan sebelumnya, frigat Iver Huitfeldt
Class ditawarkan untuk menggantikan posisi frigat Van Speijk Class yang
secara bertahap akan dipensiunkan mulai tahun 2017. Terkait dengan
tawaran tersebut, bahkan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sudah
sempat melihat langsung sosok Iver Huitfeldt Class di Denmark pada bulan
Maret silam.
Meski nama Denmark masih terbilang pemain baru dalam jagad
alutsista TNI, namun Denmark telah berhasil memasok perangkat radar
Weibel untuk Kohanudnas (Komando Pertahanan Udara Nasional) dan radar
Terma SCANTER di frigat Fatahillah Class.
Lebih teknis pada solusi yang ditawarkan, Odense Maritime Technology
selaku principal Iver Huitfeldt Class memberikan beberapa opsi bila
nantinya frigat ini diakuisisi oleh TNI AL. Yang pertama adalah solusi
‘plug and play,’ dimana persenjataan dan sensor dibangun melalu
modul-modul. Tentunya muatan disini dapat disesuaikan dengan keperluan
misi.
Masa pakai yang berbeda dari komponen-komponen dapat diatasi
secara individual sistem per sistem. Pola ini dipercaya dapat
menghilangkan periode “off hire” yang panjang, dan secara praktis mampu
meningkatkan usia pemakaian kapal. Dalam hal perawatan, muatan dan
platform dapat dirawat secara independen, ini bisa memperdendek periode
proses perawatan dan memperpanjang jam operasional.
Iver Huitfeldt Class |
Opsi kedua terkait ToT, Odense Maritime Technology selaku perancang
menawarkan kerjasama yang erat dengan pihak galangan kapal dan TNI AL
sebagai user. Dimana semua pihak bekerja dengan mengacu pada database
yang sama, sehingga memaksimalkan proses ToT dari mulai tahap
perancangan hingga tahap perakitan kapal di Indonesia.
Kemudian yang terakhir adalah muatan konten lokal, dimana sebagian
pembangunan dan perakitan dapat dilakukan oleh galangan kapal Indonesia.
Odense Maritime Technology menawarkan keterlibatan perancang kapal
lokal dalam tahap rancangan dan rekayasa, serta principal akan membantu
galangan kapal lokal selama fase konstruksi di Indonesia.
Iver Huitfeldt Class |
Untuk mendukung misi udara, frigat ini juga dilengkapi dengan dek dan hanggar helikopter ukuran medium, seperti helikopter AW101 atau helikopter dengan berat 20 ton. Sebagai perbandingan dek dan hanggar pada Martadinata Class dirancang untuk helikopter berbobot maksimum 10 ton. Dibangun dengan standar tertinggi NATO, Iver Huitfeldt Class telah dioperasikan Denmark dalam misi anti bajak laut di Teluk Aden dan Samudera Hindia.
Sumber : Indomiliter.com
EmoticonEmoticon