Mi-26 Angkut Heli Chinook |
Satu minggu terakhir beragam situs berita online dalam negeri yang
membahas mengenai kemiliteran diramaikan dengan pemberitaan bahwa TNI AD
tengah tertarik untuk meminang helikopter angkut super berat Mi-26T.
Jumlah yang dibeli antara tiga sampai empat unit, atau kurang lebih sama
dengan niatan pembelian empat unit CH-47 Chinook yang kabarnya sempat
ramai pada tahun lalu.
Sejarah Mi-26 dimulai pada tahun 1971, ketika biro Mil mendapatkan
lampu hijau untuk memproduksi helikopter pengganti Mi-6 dan Mi-10.
Purwarupa berkode V-29 pertama melakukan terbang perdana pada 14
Desember 1977, dan produksi pertama keluar dari pabrik Rostov-on-Don
pada 1980 dan mengundang decak kagum pada saat dipamerkan di Paris Air
Salon 1981.
Uni Soviet sengaja menjadikan Mi-26 sebagai bahan
propaganda, karena heli ini baru masuk dinas aktif pada 1983. Dari segi dimensi, Mi-26 sangat persis dengan Mi-6 Hook, heli
terbesar pertama di dunia yang juga sempat dioperasikan oleh TNI AU
tahun 1960-an.
Biro desain Mil memang berfokus pada penyempurnaan Mi-6,
baik dari segi avionik maupun bentuk. Kapasitas angkutnya sangatlah
besar, mencapai 20 ton atau dua kali lipat dari Mi-6. Dengan ruang kargo lega, beragam alat berat seperti traktor,
ekskavator, truk kelas sedang, sampai ranpur BMD-3 dapat ditelan ke
dalam perutnya.
Yang tidak masuk ke dalam perut Mi-26T tinggal digantung
pada sling baja , yang diawasi melalui kamera dari dalam kabin
bertekanan. Untuk mengangkut penumpang, tersedia 40 kursi lipat yang
menempel ke dinding, dan opsinya bisa dipasang 60 kursi lainnya di baris
tengah ruang kargo.
Sumber tenaga Mi-26 berasal dari dua mesin turbin Lotarev D-136 yang
menyemburkan daya 11.400shp sebuahnya, yang dikawinkan dengan gearbox
khusus berbahan aluminium yang dapat memaksimalkan torsi untuk memutar
delapan bilah baling-baling fiberglass dengan titanium untuk
ujung-ujungnya.
Pada varian terbaru Mi-26T2, mesinnya diganti dengan
Ivchenko-Progress/ Motor Sich D-136-2 turboshaft yang sudah dilengkapi
FADEC (Full Authority Digital Engine Control) dan output yang meningkat
sampai 11.650shp sebuahnya.
Perbandingan Mi-26 dan Chinook. (Gambar: keypublishing.com) |
Nah, apa implikasinya apabila TNI AD memutuskan membeli Mi-26T? Yang
pertama, Mi-26T lebih banyak difungsikan untuk angkut berat dengan
aplikasi militer terbatas. Dengan sosok tambun dan besar, helikopter ini
merupakan sasaran empuk bagi rudal pencari panas, dan kawalan gunship
pun tidak akan menjamin bahwa Mi-26T akan selamat di medan pertempuran.
Artinya, penggunaan Mi-26T akan lebih difokuskan untuk OMSP (Operasi
Militer Selain Perang) seperti penanggulangan bencana alam, pemadaman
kebakaran hutan atau pembangunan infrastruktur di tempat terpencil.
Namun begitu, dengan sosok gambot, persiapan LZ (Landing Zone) di tempat
tujuan juga lebih masif dan bisa jadi lebih lama, karena butuh ruang
kosong yang luas untuk menampung Mi-26T.
Kedua, dimana Mi-26T mau dipangkalkan? Kondisi Lanumad Ahmad Yani
Semarang dan Pondok Cabe sudah sangat crowded karena digunakan bersama
untuk penerbangan sipil, yang intensitasnya makin meningkat. Saat ini
Terminal baru untuk Bandara Ahmad Yani sedang dibangun Angkasa Pura 1,
sementara Pondok Cabe tengah disiapkan untuk operasional ATR-72 Garuda
Indonesia.
Dengan sosok sangat gambot dan panjang setara Boeing 737-500, Mi-26
berpotensi bersinggungan dengan slot penerbangan sipil di kedua bandara
tersebut, berbeda dengan Bell 412 atau NBO-105 yang masih lebih
fleksibel pengaturannya.
Satu yang memungkinkan adalah Lanumad Gatot
Soebroto di Lampung, tetapi sarana dan prasarana di sana belum selengkap
Lanumad Ahmad Yani dan Pondok Cabe. Terakhir dan berpotensi menjadi hambatan operasional adalah jarak
tempuh maksimal yang bisa dicapai Mi-26T yang hanya bisa terbang sejauh
800 km dalam kondisi bahan bakar penuh, atau 1.200 km jika membawa
tangki bahan bakar cadangan.
Sedikit lebih baik dari Mi-17V5 memang,
namun Mi-26T lebih boros dalam menenggak bahan bakar, sekali isi bisa
24.000 liter. Bandingkan dengan Mi-17V5 yang cukup minum 4.000 liter, sudah
termasuk ferry tank.
Jadi, untuk isi penuh Mi-26T, akan butuh setidaknya tiga truk tangki Pertamina Aviation kapasitas terbesar (trailer) atau empat truk tangki kapasitas sedang. Apakah bahan bakar sebanyak itu akan tersedia nantinya di lokasi bencana yang akan dituju? Walhuallam.
Jadi, untuk isi penuh Mi-26T, akan butuh setidaknya tiga truk tangki Pertamina Aviation kapasitas terbesar (trailer) atau empat truk tangki kapasitas sedang. Apakah bahan bakar sebanyak itu akan tersedia nantinya di lokasi bencana yang akan dituju? Walhuallam.
Sumber : Angkasa.co.id
EmoticonEmoticon