Gripen NG merupakan penyempurnaan dari seri Gripen sebelumnya.
Pesawat Gripen NG rencananya bakal masuk proses produksi tahun 2018
dengan total produksi 96 unit, dimana 60 unit untuk ( AU Swedia ) dan 36
Unit ( AU Brasil ) dan masih ada kemungkinan untuk bertambah mengingat
Saab saat ini juga sedang menawarkan pesawatnya ke Indonesia, India dan
malaysia.
Perusahaan pertahanan dan keamanan Saab melansirkan Gripen NG,
pesawat tempur generasi terbaru. Mempunyai kapabilitas lebih dari versi
Gripen sebelumnya, Gripen NG memiliki peningkatan secara signifikan pada
sistem avionic. Kemampuan untuk membawa lebih banyak senjata dan
meningkatkan performa jangkauannya, dimungkinkan dengan mesin yang lebih
bertenaga dan kemampuan membawa lebih banyak bahan bakar.
Gripen NG
dilengkapi dengan sensor canggih dan terintegrasi dengan radar Active
Electronically Scanned Array ( AESA ), Infra-Red Search and Track ( IRST
), perangkat Electronic Warfare ( EW ), dan teknologi datalink. Yang
saat digabungkan dapat memberikan pilot dan pasukan yang bekerjasama
memberikan informasi yang tepat setiap saat.
Dengan adanya perubahan dari seri belumnya membuat Gripen semakin
superior walau hanya sekelas Medium Fighter. Jika kita melihat dari sisi
yang berbeda mengenai Gripen NG dengan segala keunggulannya bisa
menjadi modal yang baik untuk menambah pengetahuan ilmuwan kita di
bidang pesawat tempur.
Dan bukan hal tidak mungkin bisa menyamai atau
bisa lebih dari korea selatan. Keunggulan yang ada didalam gripen bisa
dimanfaatkan untuk diterapkan di IFX yang sedang kita bangun. Berikut
keunggulan yang ada di Gripen NG yang bisa diterapkan di pesawat IFX.
FUEL-TANK
Adanya perubahan tangki bahan bakar dan tambahan External fuel-tanks yang membuat jangkauan Gripen NG lebih jauh sehingga membuat bobotnya pun bertambah dari seri sebelumnya. Untuk External Fuel-Tank Gripen NG menggunakan Drop Tank, tidak seperti Typhoon atau F-16 Viper yang lebih memilih menggunakan Conformal Fuel Tank ( CFT ).
Kelebihan Drop Tank adalah ketika tangki sudah tidak memiliki fungsi atau kosong, drop tank bisa di lepas diatas udara untuk mengurangi beban dan meningkatkan performa serta manuver pesawat tempur, dimana untuk CFT hanya bisa dilepas didarat. Dengan adanya 2×450 galon + 1x drop tank 300 galon membuat daya jangkau Gripen NG hingga 2.485 mi ( 4.000 km ) dan combat Radius 1500 Km.
Adanya perubahan tangki bahan bakar dan tambahan External fuel-tanks yang membuat jangkauan Gripen NG lebih jauh sehingga membuat bobotnya pun bertambah dari seri sebelumnya. Untuk External Fuel-Tank Gripen NG menggunakan Drop Tank, tidak seperti Typhoon atau F-16 Viper yang lebih memilih menggunakan Conformal Fuel Tank ( CFT ).
Kelebihan Drop Tank adalah ketika tangki sudah tidak memiliki fungsi atau kosong, drop tank bisa di lepas diatas udara untuk mengurangi beban dan meningkatkan performa serta manuver pesawat tempur, dimana untuk CFT hanya bisa dilepas didarat. Dengan adanya 2×450 galon + 1x drop tank 300 galon membuat daya jangkau Gripen NG hingga 2.485 mi ( 4.000 km ) dan combat Radius 1500 Km.
Sistem internal tank pesawat Gripen |
COCKPIT GRIPEN NG
Cockpit Gripen NG |
Cockpit Info Global untuk IFX |
Gripen NG memiliki cockpit digital dengan 3 Display multi-fungsional
yang besar ( MFD ) termasuk beberapa layar 3D. Cockpit juga dilengkapi
Hands-On-Throttle-And Stick ( HOTAS ) yang memberikan nilai lebih untuk
pilot. Cockpit berlayar 3D dalam 1 layar menjadi standar untuk pesawat
Gen-5 seperti F-35, J-20 dan Pak fa, yang dapat memudahkan visual pilot
menerima informasi dalam 1 layar.
Info Global sebagai perusahaan lokal
yang sudah berpengalaman dalam pembuatan cockpit pesawat pernah
menampilkan Prototipe Cockpit pesawat IFX, mengenai kemampuan dan detail
Cockpit ini pihak Info Global belom bisa bicara banyak dan masih butuh
penyempurnaan.
Di sisi lain PT LEN bisa menjadi pilihan untuk menerima
Transfer Teknologi hasil dari kerjasama dengan Saab. Dengan adanya TOT
dari Gripen bisa membantu Info Global / PT LEN untuk memenuhi komponen
lokal yang ada di IFX.
PERSENJATAAN GRIPEN NG
Adanya 10 Hard point ( 3 under Fuse lage + 4underwing + 2 Wingtip for
SRAAMs + 1 ECM / Targeting POD ) di Gripen NG dan Variasi rudal yang
mampu dibawa sesuai kebutuhan user menjadi salah satu kelebihan Gripen
NG. Gripen NG mampu membawa rudal udara ke udara IRIS-T Missile dan
rudal Meteor untuk pertempuran jarak jauh. Pesawat ini juga memilki
fleksibilitas untuk dilengkapi rudal Sidewinder dan A-darter.
Rudal Meteor: Range 100-300 km, kecepatan 4Match. |
Gripen E juga dapat diintegrasikan dengan sejumlah senjata udara-ke –
permukaan termasuk Mk82 , Mk83 dan Mk84 bom , bom dipandu laser seperti
GBU – 12 , GBU – 16 dan GBU – 10 , dan bom canggih seperti GBU -49 dan
GBU – 39 . rudal udara-ke – permukaan seperti RBS15F ER , TAURUS Taurus
KEPD 350 , AGM – 65 Maverick , dan MBDA dual -mode Brimstone ( DMB ).
Rudal Taurus KEPD 350: Range 500 km, Speed 0.8-0.95 Mach |
Banyaknya variasi rudal yang dibawa menjadi kelebihan tersendiri buat
Gripen NG. Dengan banyaknya pilihan bisa membantu User untuk
menggunakan rudal sesuai kebutuhan. Ditambah lagi dengan adannya
peningkatan kemampuan untuk membawa rudal meteor menjadikan Gripen NG
mampu melumpuhkan musuhnya dari jarak jauh.
Sejauh ini belom ada
pernyataan resmi dari Korsel mengenai persenjataan dan rudal apa saja
yang bisa dibawa oleh IFX terutama untuk kemampuan BVR. Sulitnya
persetujuan dari pihak AS untuk Indonesia mendapakan rudal AIM-120
AMRAAM, rudal meteor yang jauh lebih superior bisa menjadi alternatif
dan menjadi faktor pembeda jika nantinya KFX hanya menggunakan AIM-120
AMRAAM. Dengan adanya Gripen NG menjadikan media transisi TNI untuk bisa
terbiasa jika IFX menggunakan rudal meteor.
RADAR, SENSOR DAN KOMUNIKASI
Gripen NG sudah menggunakan radar AESA Selex ES-05 Raven hasil kerjasama saab dengan Selex ES yang dipasang di hidung pesawat. Selex ES ikut berpartisipasi dengan Gripen NG pada tahun 2009 untuk membantu SAAB mengembangkan Radar Raven ES AESA. Hal ini diikuti dengan pemilihan sensor Skyward-G IRST dan IFF System pada tahun 2010.
Gripen NG sudah menggunakan radar AESA Selex ES-05 Raven hasil kerjasama saab dengan Selex ES yang dipasang di hidung pesawat. Selex ES ikut berpartisipasi dengan Gripen NG pada tahun 2009 untuk membantu SAAB mengembangkan Radar Raven ES AESA. Hal ini diikuti dengan pemilihan sensor Skyward-G IRST dan IFF System pada tahun 2010.
Dengan Radar Selex
ES-05 Raven yang mampu berputar 360 derajat memberikan kelebihan radar
ini untuk menyediakan bidang sudut pandang hingga 100 derajat, dimana
radar AESA umumnya merupakan jenis Fix-Radar yang mempunyai sudut
pandangterbatas hanya 60 derajat.
Skyward-G IRST secara diam-diam mampu mendeteksi ancaman pada jarak
melampaui visual, tanpa tergantung pada emisi aktif ( Radar ) yang bisa
mengetahui posisi pesawat musuh secara intens. Dengan IRST, sebuah
gripen dapat mendeteksi dan melacak target musuh, termasuk pesawat
terbang, kapal angkatan laut dan kendaraan darat.
Radar AESA SELEX ES -05 Raven dan Skyward-G IRTS Sensor |
Rafael’s Litening III Laser designation POD ( LDP ) terpasang di
Gripen NG untuk menyerang target darat menggunakan bom berpandu laser.
LDP juga terintegrasi dengan Forward Looking Infrared (FLIR) sensor dan
Charge-Coupled-Device ( CCD ) Camera.
BRITECLOUD JAMMER
Untuk memberikan perlindungan yang maksimal, Gripen NG menggunakan Brite Cloud Jammer. BriteCloud adalah Jammer mandiri Digital Radio Frequency Memory ( DRFM ) yang dirancang untuk melindungi jet tempur dari ancaman kompleks seperti rudal RF-berpandu dan Fire Control Radar.
Untuk memberikan perlindungan yang maksimal, Gripen NG menggunakan Brite Cloud Jammer. BriteCloud adalah Jammer mandiri Digital Radio Frequency Memory ( DRFM ) yang dirancang untuk melindungi jet tempur dari ancaman kompleks seperti rudal RF-berpandu dan Fire Control Radar.
Sebagai
perangkat off-board Jamming, BriteCloud menghindari Home-on-Jam dan
memungkinkan menempatkan jarak yang signifikan antara BriteCloud dengan
Pesawat setelah meluncur, sehingga meminimalisir resiko rudal yang
dilepaskan musuh meledak dekat dengan pesawat.
BriteCloud Jammer |
NETWORK CENTRIC WARFARE
Inti dari Network Centric Warfare adalah penggunaan dan penyebaran
informasi untuk memperoleh keunggulan di medan perang. Pada
perkembangannya beberapa negara maju sudah menerapkan sistem ini untuk
meningkatkan efektivitas pencapaian misi dalam mengambil keputusan dan
tindakan dengan cepat.
Sudah waktunya indonesia menerapkan sistem
Network Centric Warfare untuk mempermudah pengamanan dan yang efesien
dalam melindungi NKRI. Dengan adanya Network Centric Warfare,
mempermudah TNI memberikan sistem informasi yang terintegrasi untuk
kesadaran situasional yang luar biasa, Real time ketersedian informasi
untuk semua unit yang terhubung dan efesien karena sistem baru dapat
ditambahkan dengan mudah secara online ke jaringan.
Royal Thai Air Force Network Centric Based on Saab ( Example ) |
Untuk membuktikan kemampuan Network Centric Warfare berjalan dengan
baik, harus dilengkapi dengan komunikasi data yang canggih, dual data
link , satelit militer dan link video on -board sensor , di kombinasi
dengan HMD / NVG , sehingga memberikan kemampuan untuk mendeteksi dan
menghancurkan berbagai target , bahkan di malam hari atau dalam kondisi
cuaca buruk.
Indonesia sedang dalam tahap pengadaan untuk satelit
militer tahun 2019. Adanya kerjasama dengan Saab dapat membantu
indonesia untuk mewujudkan sistem pertempuran perang modern yang ter up
date sesuai perkembangan jaman. Pembelian Gripen NG mau tidak mau
membuat Indonesia harus menerapkan Network Centric Warfare untuk
memaksimalkan peran Gripen NG dan membantu melindungi baik di darat,
udara maupun laut Indonesia secara efesien.
MESIN
Gripen NG menggunakan mesin GE F414-GE-39E yang dikembangkan kembali oleh Saab yang memiliki daya Thrust 22.000 lb ( 98 KN ), 14.000 lb ( 64 KN ) tanpa afterburner dan memiliki kecepatan Maksimum hingga 2.130 km/jam ( 2 Mach ). Hasil pengembangan mesin GE F414 oleh Saab memungkinkan terbang dengan kecepatan supersonik tanpa menggunakan afterburner, sehingga menghemat lebih banyak bahan bakar dan memungkinkan untuk tinggal lebih lama di udara.
Gripen NG menggunakan mesin GE F414-GE-39E yang dikembangkan kembali oleh Saab yang memiliki daya Thrust 22.000 lb ( 98 KN ), 14.000 lb ( 64 KN ) tanpa afterburner dan memiliki kecepatan Maksimum hingga 2.130 km/jam ( 2 Mach ). Hasil pengembangan mesin GE F414 oleh Saab memungkinkan terbang dengan kecepatan supersonik tanpa menggunakan afterburner, sehingga menghemat lebih banyak bahan bakar dan memungkinkan untuk tinggal lebih lama di udara.
Mesin untuk pesawat tempur Gipen |
Mesin GE- F414 yang digunakan Gripen NG merupakan varian mesin yang
sama yang akan di gunakan oleh IFX. Dengan adanya kesamaan varian mesin
lebih memudahkan indonesia dalam perawatan dan dengan pengalamannya Saab
dalam mengembangkan mesin pesawat bisa membantu indonesia untuk
mengembangkan mesin pesawat tempur yang sesuai dengan karakteristik
geografi Indonesia.
Karena bobotnya yang kecil banyak orang yang meragukan Gripen NG,
tanpa disadari dibalik bobotnya itu ternyata tersimpan banyak teknologi
mumpuni yang dapat menggetarkan lawan. Bobotnya yang kecil juga membantu
RCS nya terlihat lebih kecil pada saat terlihat di radar. Saab mencoba
memaksimalkan kemampuan Gripen di seri terbarunya untuk menutupi
kekurangan dari seri sebelumnya.
Gripen NG memang bukan pesawat Heavy
Fighter, tetapi dari peningkatan kemampuan terbarunya sebagai pesawat
multirole masih bisa diandalkan di medan pertempuran dan bisa menjadi
tandem pesawat Heavy Fighter. Isu kemampuan Gripen C/D Thailand yang
mampu mengalahkan SU-27 China bisa menjadi perhitungan.
Walaupun masih
diragukan kebenarannya, setidaknya sejauh ini belom ada sanggahan dari
pihak China. Kemampuannya mampu dioperasikan dilandasan yang pendek,
penambahan radar AESA berkemampuan BVR, perbaikan sistem Avionk, sistem
komunikasi yang dapat diintegrasikan, sistem operasional dan perawatan
yang lebih efesien terutama untuk patroli udara, ditambah dengan paket
AWACS sebagai kepanjangan mata Gripen NG, menjadikan Gripen NG pesawat
yang diperhitungkan.
Dengan segala keunggulannya, Gripen NG cocok untuk
mengcover wilayah barat Indonesia. Terutama di LCS yang mulai memanas,
dimana Indonesia membutuhkan pesawat tempurnya untuk lebih banyak
patroli udara untuk menjaga kedaulatannya.
Pilihan Indonesia terhadap Gripen NG bukanlah untuk menggantikan
pesawat heavy fighter yang dimiliki indonesia, tetapi sebagai penunjang
kemandirian Alutsista dalam negeri dan media transisi SDM Indonesia
dalam pengetahuannya di bidang pesawat tempur. Dimana Indonesia sedang
membangun pesawat tempur IFX Gen 4,5 hasil kerjasama dengan Korea
Selatan.
Untuk pesawat Heavy Fighter sendiri pemerintah sudah memilih
ketertarikannya untuk mengakusisi Sukhoi SU-35. Karena Indonesia
membutuhkan efek penggetar dikawasan untuk mengimbangi peta kekuatan
tetangga-tetangganya yang sedang meng up grade alutsistanya.
Dalam isu
pembelian SU-35 Menhan Indonesia pernah menyatakan akan membeli pesawat
selain SU-35 dengan F-16 Viper sebagai tambahan untuk menambah skuadron
F-16 dan sempat santer pula mengenai pembelian pengganti Hawk yang sudah
mulai tua akan digantikan dengan FA-50 Korsel.
Sebagai pesawat tambahan
skuadron baru atau pengganti Hawk, Gripen NG dengan kemampuan barunya
adalah pilihan tepat ditambah dengan adanya Transfer-of-Technology ( TOT
) dibanding F-16 Viper dan FA-50 Korsel .
Sumber : JakartaGreater.com
1 komentar
Pengalaman berinteraksi dg pesawat Gripen, sangat mahal harganya dan itulah yg hrs dikerjakan oleh anak2 bangsa. Bravo PT DI.............
EmoticonEmoticon