Sunday, July 10, 2016

Gripen NG Jadi Modal Pengetahuan Ilmuwan di Bidang Pesawat Tempur Demi Kemandirian Dalam Negeri

Gripen NG Jadi Modal Pengetahuan Ilmuwan di Bidang Pesawat Tempur Demi Kemandirian Dalam Negeri


Gripen NG merupakan penyempurnaan dari seri Gripen sebelumnya. Pesawat Gripen NG rencananya bakal masuk proses produksi tahun 2018 dengan total produksi 96 unit, dimana 60 unit untuk ( AU Swedia ) dan 36 Unit ( AU Brasil ) dan masih ada kemungkinan untuk bertambah mengingat Saab saat ini juga sedang menawarkan pesawatnya ke Indonesia, India dan malaysia.

Perusahaan pertahanan dan keamanan Saab melansirkan Gripen NG, pesawat tempur generasi terbaru. Mempunyai kapabilitas lebih dari versi Gripen sebelumnya, Gripen NG memiliki peningkatan secara signifikan pada sistem avionic. Kemampuan untuk membawa lebih banyak senjata dan meningkatkan performa jangkauannya, dimungkinkan dengan mesin yang lebih bertenaga dan kemampuan membawa lebih banyak bahan bakar. 

Gripen NG dilengkapi dengan sensor canggih dan terintegrasi dengan radar Active Electronically Scanned Array ( AESA ), Infra-Red Search and Track ( IRST ), perangkat Electronic Warfare ( EW ), dan teknologi datalink. Yang saat digabungkan dapat memberikan pilot dan pasukan yang bekerjasama memberikan informasi yang tepat setiap saat. 

Dengan adanya perubahan dari seri belumnya membuat Gripen semakin superior walau hanya sekelas Medium Fighter. Jika kita melihat dari sisi yang berbeda mengenai Gripen NG dengan segala keunggulannya bisa menjadi modal yang baik untuk menambah pengetahuan ilmuwan kita di bidang pesawat tempur. 

Dan bukan hal tidak mungkin bisa menyamai atau bisa lebih dari korea selatan. Keunggulan yang ada didalam gripen bisa dimanfaatkan untuk diterapkan di IFX yang sedang kita bangun. Berikut keunggulan yang ada di Gripen NG yang bisa diterapkan di pesawat IFX.

FUEL-TANK
Adanya perubahan tangki bahan bakar dan tambahan External fuel-tanks yang membuat jangkauan Gripen NG lebih jauh sehingga membuat bobotnya pun bertambah dari seri sebelumnya. Untuk External Fuel-Tank Gripen NG menggunakan Drop Tank, tidak seperti Typhoon atau F-16 Viper yang lebih memilih menggunakan Conformal Fuel Tank ( CFT ).

Kelebihan Drop Tank adalah ketika tangki sudah tidak memiliki fungsi atau kosong, drop tank bisa di lepas diatas udara untuk mengurangi beban dan meningkatkan performa serta manuver pesawat tempur, dimana untuk CFT hanya bisa dilepas didarat. Dengan adanya 2×450 galon + 1x drop tank 300 galon membuat daya jangkau Gripen NG hingga 2.485 mi ( 4.000 km ) dan combat Radius 1500 Km.
Gripen NG Jadi Modal Pengetahuan Ilmuwan di Bidang Pesawat Tempur Demi Kemandirian Dalam Negeri
Sistem internal tank pesawat Gripen

COCKPIT GRIPEN NG
Gripen NG Jadi Modal Pengetahuan Ilmuwan di Bidang Pesawat Tempur Demi Kemandirian Dalam Negeri
Cockpit Gripen NG
Gripen NG Jadi Modal Pengetahuan Ilmuwan di Bidang Pesawat Tempur Demi Kemandirian Dalam Negeri
Cockpit Info Global untuk IFX

Gripen NG memiliki cockpit digital dengan 3 Display multi-fungsional yang besar ( MFD ) termasuk beberapa layar 3D. Cockpit juga dilengkapi Hands-On-Throttle-And Stick ( HOTAS ) yang memberikan nilai lebih untuk pilot. Cockpit berlayar 3D dalam 1 layar menjadi standar untuk pesawat Gen-5 seperti F-35, J-20 dan Pak fa, yang dapat memudahkan visual pilot menerima informasi dalam 1 layar. 

Info Global sebagai perusahaan lokal yang sudah berpengalaman dalam pembuatan cockpit pesawat pernah menampilkan Prototipe Cockpit pesawat IFX, mengenai kemampuan dan detail Cockpit ini pihak Info Global belom bisa bicara banyak dan masih butuh penyempurnaan. 

Di sisi lain PT LEN bisa menjadi pilihan untuk menerima Transfer Teknologi hasil dari kerjasama dengan Saab. Dengan adanya TOT dari Gripen bisa membantu Info Global / PT LEN untuk memenuhi komponen lokal yang ada di IFX.

PERSENJATAAN GRIPEN NG 
Adanya 10 Hard point ( 3 under Fuse lage + 4underwing + 2 Wingtip for SRAAMs + 1 ECM / Targeting POD ) di Gripen NG dan Variasi rudal yang mampu dibawa sesuai kebutuhan user menjadi salah satu kelebihan Gripen NG. Gripen NG mampu membawa rudal udara ke udara IRIS-T Missile dan rudal Meteor untuk pertempuran jarak jauh. Pesawat ini juga memilki fleksibilitas untuk dilengkapi rudal Sidewinder dan A-darter.
Gripen NG Jadi Modal Pengetahuan Ilmuwan di Bidang Pesawat Tempur Demi Kemandirian Dalam Negeri
Rudal Meteor: Range 100-300 km, kecepatan 4Match.

Gripen E juga dapat diintegrasikan dengan sejumlah senjata udara-ke – permukaan termasuk Mk82 , Mk83 dan Mk84 bom , bom dipandu laser seperti GBU – 12 , GBU – 16 dan GBU – 10 , dan bom canggih seperti GBU -49 dan GBU – 39 . rudal udara-ke – permukaan seperti RBS15F ER , TAURUS Taurus KEPD 350 , AGM – 65 Maverick , dan MBDA dual -mode Brimstone ( DMB ).
Gripen NG Jadi Modal Pengetahuan Ilmuwan di Bidang Pesawat Tempur Demi Kemandirian Dalam Negeri
Rudal Taurus KEPD 350: Range 500 km, Speed 0.8-0.95 Mach

Banyaknya variasi rudal yang dibawa menjadi kelebihan tersendiri buat Gripen NG. Dengan banyaknya pilihan bisa membantu User untuk menggunakan rudal sesuai kebutuhan. Ditambah lagi dengan adannya peningkatan kemampuan untuk membawa rudal meteor menjadikan Gripen NG mampu melumpuhkan musuhnya dari jarak jauh. 

Sejauh ini belom ada pernyataan resmi dari Korsel mengenai persenjataan dan rudal apa saja yang bisa dibawa oleh IFX terutama untuk kemampuan BVR. Sulitnya persetujuan dari pihak AS untuk Indonesia mendapakan rudal AIM-120 AMRAAM, rudal meteor yang jauh lebih superior bisa menjadi alternatif dan menjadi faktor pembeda jika nantinya KFX hanya menggunakan AIM-120 AMRAAM. Dengan adanya Gripen NG menjadikan media transisi TNI untuk bisa terbiasa jika IFX menggunakan rudal meteor.

RADAR, SENSOR DAN KOMUNIKASI
Gripen NG sudah menggunakan radar AESA Selex ES-05 Raven hasil kerjasama saab dengan Selex ES yang dipasang di hidung pesawat. Selex ES ikut berpartisipasi dengan Gripen NG pada tahun 2009 untuk membantu SAAB mengembangkan Radar Raven ES AESA. Hal ini diikuti dengan pemilihan sensor Skyward-G IRST dan IFF System pada tahun 2010. 

Dengan Radar Selex ES-05 Raven yang mampu berputar 360 derajat memberikan kelebihan radar ini untuk menyediakan bidang sudut pandang hingga 100 derajat, dimana radar AESA umumnya merupakan jenis Fix-Radar yang mempunyai sudut pandangterbatas hanya 60 derajat.

Skyward-G IRST secara diam-diam mampu mendeteksi ancaman pada jarak melampaui visual, tanpa tergantung pada emisi aktif ( Radar ) yang bisa mengetahui posisi pesawat musuh secara intens. Dengan IRST, sebuah gripen dapat mendeteksi dan melacak target musuh, termasuk pesawat terbang, kapal angkatan laut dan kendaraan darat.
Gripen NG Jadi Modal Pengetahuan Ilmuwan di Bidang Pesawat Tempur Demi Kemandirian Dalam Negeri
Radar AESA SELEX ES -05 Raven dan Skyward-G IRTS Sensor

Rafael’s Litening III Laser designation POD ( LDP ) terpasang di Gripen NG untuk menyerang target darat menggunakan bom berpandu laser. LDP juga terintegrasi dengan Forward Looking Infrared (FLIR) sensor dan Charge-Coupled-Device ( CCD ) Camera.

BRITECLOUD JAMMER
Untuk memberikan perlindungan yang maksimal, Gripen NG menggunakan Brite Cloud Jammer. BriteCloud adalah Jammer mandiri Digital Radio Frequency Memory ( DRFM ) yang dirancang untuk melindungi jet tempur dari ancaman kompleks seperti rudal RF-berpandu dan Fire Control Radar. 

Sebagai perangkat off-board Jamming, BriteCloud menghindari Home-on-Jam dan memungkinkan menempatkan jarak yang signifikan antara BriteCloud dengan Pesawat setelah meluncur, sehingga meminimalisir resiko rudal yang dilepaskan musuh meledak dekat dengan pesawat.
Gripen NG Jadi Modal Pengetahuan Ilmuwan di Bidang Pesawat Tempur Demi Kemandirian Dalam Negeri
BriteCloud Jammer

NETWORK CENTRIC WARFARE
Inti dari Network Centric Warfare adalah penggunaan dan penyebaran informasi untuk memperoleh keunggulan di medan perang. Pada perkembangannya beberapa negara maju sudah menerapkan sistem ini untuk meningkatkan efektivitas pencapaian misi dalam mengambil keputusan dan tindakan dengan cepat. 

Sudah waktunya indonesia menerapkan sistem Network Centric Warfare untuk mempermudah pengamanan dan yang efesien dalam melindungi NKRI. Dengan adanya Network Centric Warfare, mempermudah TNI memberikan sistem informasi yang terintegrasi untuk kesadaran situasional yang luar biasa, Real time ketersedian informasi untuk semua unit yang terhubung dan efesien karena sistem baru dapat ditambahkan dengan mudah secara online ke jaringan.
Gripen NG Jadi Modal Pengetahuan Ilmuwan di Bidang Pesawat Tempur Demi Kemandirian Dalam Negeri
Royal Thai Air Force Network Centric Based on Saab ( Example )

Untuk membuktikan kemampuan Network Centric Warfare berjalan dengan baik, harus dilengkapi dengan komunikasi data yang canggih, dual data link , satelit militer dan link video on -board sensor , di kombinasi dengan HMD / NVG , sehingga memberikan kemampuan untuk mendeteksi dan menghancurkan berbagai target , bahkan di malam hari atau dalam kondisi cuaca buruk. 

Indonesia sedang dalam tahap pengadaan untuk satelit militer tahun 2019. Adanya kerjasama dengan Saab dapat membantu indonesia untuk mewujudkan sistem pertempuran perang modern yang ter up date sesuai perkembangan jaman. Pembelian Gripen NG mau tidak mau membuat Indonesia harus menerapkan Network Centric Warfare untuk memaksimalkan peran Gripen NG dan membantu melindungi baik di darat, udara maupun laut Indonesia secara efesien.

MESIN
Gripen NG menggunakan mesin GE F414-GE-39E yang dikembangkan kembali oleh Saab yang memiliki daya Thrust 22.000 lb ( 98 KN ), 14.000 lb ( 64 KN ) tanpa afterburner dan memiliki kecepatan Maksimum hingga 2.130 km/jam ( 2 Mach ). Hasil pengembangan mesin GE F414 oleh Saab memungkinkan terbang dengan kecepatan supersonik tanpa menggunakan afterburner, sehingga menghemat lebih banyak bahan bakar dan memungkinkan untuk tinggal lebih lama di udara.
Gripen NG Jadi Modal Pengetahuan Ilmuwan di Bidang Pesawat Tempur Demi Kemandirian Dalam Negeri
Mesin untuk pesawat tempur Gipen

Mesin GE- F414 yang digunakan Gripen NG merupakan varian mesin yang sama yang akan di gunakan oleh IFX. Dengan adanya kesamaan varian mesin lebih memudahkan indonesia dalam perawatan dan dengan pengalamannya Saab dalam mengembangkan mesin pesawat bisa membantu indonesia untuk mengembangkan mesin pesawat tempur yang sesuai dengan karakteristik geografi Indonesia.

Karena bobotnya yang kecil banyak orang yang meragukan Gripen NG, tanpa disadari dibalik bobotnya itu ternyata tersimpan banyak teknologi mumpuni yang dapat menggetarkan lawan. Bobotnya yang kecil juga membantu RCS nya terlihat lebih kecil pada saat terlihat di radar. Saab mencoba memaksimalkan kemampuan Gripen di seri terbarunya untuk menutupi kekurangan dari seri sebelumnya. 

Gripen NG memang bukan pesawat Heavy Fighter, tetapi dari peningkatan kemampuan terbarunya sebagai pesawat multirole masih bisa diandalkan di medan pertempuran dan bisa menjadi tandem pesawat Heavy Fighter. Isu kemampuan Gripen C/D Thailand yang mampu mengalahkan SU-27 China bisa menjadi perhitungan. 

Walaupun masih diragukan kebenarannya, setidaknya sejauh ini belom ada sanggahan dari pihak China. Kemampuannya mampu dioperasikan dilandasan yang pendek, penambahan radar AESA berkemampuan BVR, perbaikan sistem Avionk, sistem komunikasi yang dapat diintegrasikan, sistem operasional dan perawatan yang lebih efesien terutama untuk patroli udara, ditambah dengan paket AWACS sebagai kepanjangan mata Gripen NG, menjadikan Gripen NG pesawat yang diperhitungkan. 

Dengan segala keunggulannya, Gripen NG cocok untuk mengcover wilayah barat Indonesia. Terutama di LCS yang mulai memanas, dimana Indonesia membutuhkan pesawat tempurnya untuk lebih banyak patroli udara untuk menjaga kedaulatannya.

Pilihan Indonesia terhadap Gripen NG bukanlah untuk menggantikan pesawat heavy fighter yang dimiliki indonesia, tetapi sebagai penunjang kemandirian Alutsista dalam negeri dan media transisi SDM Indonesia dalam pengetahuannya di bidang pesawat tempur. Dimana Indonesia sedang membangun pesawat tempur IFX Gen 4,5 hasil kerjasama dengan Korea Selatan. 

Untuk pesawat Heavy Fighter sendiri pemerintah sudah memilih ketertarikannya untuk mengakusisi Sukhoi SU-35. Karena Indonesia membutuhkan efek penggetar dikawasan untuk mengimbangi peta kekuatan tetangga-tetangganya yang sedang meng up grade alutsistanya. 

Dalam isu pembelian SU-35 Menhan Indonesia pernah menyatakan akan membeli pesawat selain SU-35 dengan F-16 Viper sebagai tambahan untuk menambah skuadron F-16 dan sempat santer pula mengenai pembelian pengganti Hawk yang sudah mulai tua akan digantikan dengan FA-50 Korsel. 

Sebagai pesawat tambahan skuadron baru atau pengganti Hawk, Gripen NG dengan kemampuan barunya adalah pilihan tepat ditambah dengan adanya Transfer-of-Technology ( TOT ) dibanding F-16 Viper dan FA-50 Korsel .


Sumber : JakartaGreater.com

1 komentar

Pengalaman berinteraksi dg pesawat Gripen, sangat mahal harganya dan itulah yg hrs dikerjakan oleh anak2 bangsa. Bravo PT DI.............


EmoticonEmoticon

HOT NEWS

Perang Urat Syaraf Ahok, Risma Mulai Bergemuruh