Sejak bulan Januari hingga Juni 2016, Badan Pusat Statistik mencatat
bahwa Indonesia telah mengalami peningkatan impor alat utama sistem
persenjataan (Alutsista). Pada periode itu, impor alat perang seperti
bom, granat, torpedo, dan amunisi telah mencapai 578,44 ton dengan nilai
59,38 juta dolar AS (sekitar Rp 776 miliar).
Pada periode yang sama di tahun lalu, Indonesia hanya mengimpor
sebanyak sebanyak 295,04 ton dengan nilai 40,15 juta dolar AS (sekitar
Rp 526 miliar). Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo,
menjelaskan bahwa Korea Selatan dan Brazil menjadi negara pemasok
alutsista terbesar pada saat ini.
Menurutnya, peningkatan impor
alutsista, terutama di bulan Juni, sebagai persiapan menghadapi
terorisme untuk meningkatkan pertahanan. Pada bulan Juni 2016, BPS mencatat bahwa impor amunisi mencapai
334,47 ton dengan nilai 23,4 juta dolar AS.
Sementara pada bulan Mei,
impor hanya sebesar 1,93 ton dengan nilai 4,74 juta dolar AS. Sementara itu, nilai impor tank juga mengalami peningkatan, dari
29,73 juta dolar AS pada bulan Mei menjadi 46,53 juta dolar AS di bulan
Juni.
Namun secara volume, angkanya turun dari 1.120,44 ton menjadi
389,16 ton. Untuk impor senjata militer lainnya, sepanjang semester I mencapai
848,96 ton atau senilai 215,32 juta dolar AS. Angka itu jauh meningkat
dari periode yang sama tahun lalu sebesar 26,95 ton atau senilai 8,74
juta dolar AS.
Sumber: cnnindonesia.com dan liputan6.com
EmoticonEmoticon