The Seagull, perahu tanpa awak Israel, berhasil menembakkan torpedo.
Hal ini mungkin tampak seperti sebuah langkah kecil, tetapi perang di
laut mungkin tidak akan pernah sama. Diluncurkan awal tahun ini oleh Elbit Systems, Seagull remote control
adalah kapal serbaguna dengan panjang 40 kaki yang dapat melakukan
perjalanan sampai dengan 35 mph, dan memiliki pendorong yang
memungkinkan untuk berputar di tempat.
The Seagull juga dapat dilengkapi
dengan berbagai sensor seperti radar, dan peralatan termasuk senapan
mesin remote control cal .50. Seagull dibangun untuk berbagai peran angkatan laut. Memiliki bridge
yang bisa dilepas sehingga awak on-board bisa mengoperasikannya.
Namun,
misi pertama Seagull adalah untuk melawan ranjau laut, yang akan
dilakukan oleh kapal tanpa awak Seagull. Kapal kontra-Ranjau adalah
versi modern dari kapal penyapu ranjau Perang Dunia II yang sudah tua.
Dalam peran ini, Seagull dapat menyebarkan sonar scan untuk menemukan
ranjau dan meluncurkan robot kapal selam untuk menyelidikinya. Setelah
ranjau diidentifikasi secara positif, kapal Seagul bisa
menghancurkannya. Pada dasarnya, ini adalah miniatur kapal selam robot
kamikaze yang mengorbankan diri untuk meledakkan ranjau.
Namun Seagul
diciptakan, agar menjauhkan manusia untuk mengurus ladang ranjau. Pada intinya, meluncurkan drone pemburu ranjau tidak terlalu jauh
berbeda dari peluncuran torpedo. Sebuah torpedo adalah kendaraan bawah
air tak berawak self-guided. kendaraan bawah air tanpa awak ini menjadi
senjata pilihan terhadap kapal yang paling kuat di angkatan laut yang
modern: kapal selam.
Berburu kapal selam membutuhkan sumber daya yang besar. AS Navy,
misalnya, menyebarkan kapal perusak kelas Arleigh Burke, untuk menarik
array sonar besar dan membawa helikopter spesialis anti-kapal selam
MH-60R Seahawk, didukung oleh armada pesawat intai jarak jauh Boeing P-8
Poseidon.
Tapi dunia akan terus berubah. Elektronik modern seperti
kapal selam sekarang dapat dideteksi oleh jaringan kapal kecil tak
berawak. The Seagull, yang dapat dilengkapi dengan sonar celup serta
tabung torpedo, menambahkan ancaman baru untuk keberadaan kapal selam
ini.
“Seagull mengubah dinamika operasi anti-kapal selam dengan
menciptakan ancaman bagi kapal selam dengan alat yang hemat biaya dan
mengganti aset berawak dengan ancaman minimal dari kapal selam,” kata
Elad Aharonson dari Elbit. Dengan kata lain, Seagull murah, dan itu
mematikan.
Sebuah Control System Mission, yang dapat dipasang pada kapal lain,
memungkinkan operator untuk mengontrol dua Seagulls secara bersamaan
dari jarak 60 mil jauhnya di misi yang berlangsung selama empat hari.
Meskipun ukurannya yang kecil, Seagul dapat beroperasi dalam kondisi Sea
State 4 (gelombang delapan kaki) dan dapat bertahan Sea State 7-
gelombang 20 sampai 30 kaki. Kapal ini dapat bergerak secara otonom.
Bahkan dengan tidak ada link komunikasi, Seagull dapat menghindari
tabrakan dan mematuhi aturan pelayaran internasional. Elbit Ben Dov mengklaim bahwa sepasang Seagulls dapat melaksanakan
misi anti-kapal selam sebanding dengan apa yang dilakukan kapal dengan
awak 40 orang.
Dan Dov mengatakan bahwa dua kapal Seagulls ditambah
peralatan kontrol yang terkait, akan memakan biaya “puluhan juta dolar”
dibandingkan $ 220.000.000 atau lebih untuk fregat. Selain itu, Seagull
jauh stealthier. Sebuah kapal selam yang tahu ia sedang diburu dapat
mengambil langkah-langkah defensif. Pemburu tak terlihat seperti Seagull
bisa jauh lebih mematikan.
Sumber : JakartaGreater.com
EmoticonEmoticon