Sunday, July 3, 2016

Menko Polhukam Luhut : Rencana Opsi Militer Pembebasan Sandera untuk Sementara dikesampingkan

Menko Polhukam Luhut : Rencana Opsi Militer Pembebasan Sandera untuk Sementara dikesampingkan


Pemerintah RI benar-benar bersikap penuh hati-hati dalam menentukan pilihan (opsi) pembebasan 7 WNI ABK kapal yang disandera kelompok sempalan Abu Sayyaf. Meski sempat muncul banyak desakan untuk memasukan pasukan elit TNI dalam membebaskan 7 WNI tersandera di Filipina, Namun pemerintah RI tetap berusaha menahan diri. 

Karena itu, rencana opsi militer untuk sementara dikesampingkan. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, Luhut Panjaitan, yang memastikan, opsi pengerahan pasukan militer untuk membebaskan tujuh WNI ABK yang disandera kelompok bersenjata Filipina sejak 21 Juni, masih dikesampingkan.
Menko Polhukam Luhut : Rencana Opsi Militer Pembebasan Sandera untuk Sementara dikesampingkan
Opsi militer dengan pengerahan pasukan elit seperti Denjaka TNI AL untuk membebaskan WNI yang ditawan kelompok Abu Sayyaf, sementara dikesampingkan. (foto : merdeka)

“Kami masih melakukan perundingan untuk memilih opsi mana yang terbaik untuk dilakukan, tetapi opsi militer masih kami kesampingkan,” kata dia seusai rapat pusat krisis pembebasan sandera di Kantor Kementerian Politik, Hukum, dan HAM, di Jakarta, Jumat malam.

Berdasarkan pembicaraan antar menteri Indonesia dan Filipina, dalam hal ini menteri pertahanan dan menteri luar negeri, kedua belah pihak sepakat mempercayakan upaya pembebasan sandera kepada pemerintah baru Filipina di bawah kepemimpinan Presiden Rodrigo Duterte.

Tidak seperti sikap pemerintahan sebelumnya, Duterte disebut akan lebih mengedepankan kerja sama dengan pimpinan Moro National Liberation Front (MNLF), Nur Misuari, untuk bernegosiasi dengan kelompok penyandera Abu Sayyaf.

“Misuari mungkin yang akan membantu menyelesaikan masalah dengan kelompok Abu Sayyaf,” kata Pandjaitan. Misuari inilah yang pada dasawarsa ’90-an aktif menggelar perlawanan bersenjata kepada Istana Malacanang, agar pemerintahan (saat itu) Ferdinand Marcos mau memberi perhatian lebih kepada minoritas muslim di Filipina selatan.
Menko Polhukam Luhut : Rencana Opsi Militer Pembebasan Sandera untuk Sementara dikesampingkan
Pemerintah Filipina mengandalkan pimpinan Moro National Liberation Front (MNLF), Nur Misuari (tengah) untuk bernegosiasi dengan kelompok Abu Sayyaf. (Istimewa)

Mengenai keberadaan ketujuh WNI ABK, Pandjaitan mengaku tidak ingin berspekulasi untuk menghormati kebijakan dan kinerja pemerintah serta intelijen Filipina, namun dia memastikan mereka semua dalam kondisi sehat.

“Ada beberapa informasi tetapi kita belum ingin membuka semua kepada media karena menyangkut keselamatan WNI,” katanya. Sementara itu, Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, yang juga ikut rapat mengatakan, tujuh WNI ABK kapal tunda Charles 001 dan kapal tongkang Robby 152, tidak ada dalam lokasi yang sama.

Jika sebelumnya Ryacudu menyebut ketujuhnya berada di wilayah Panamao, Pulau Jolo, kini tiga diantaranya telah dipindahkan ke selatan yakni di Pulau Lapac, yang bagian dari Kepulauan Sulu, di selatan Filipina. 


Sumber : antaranews.com dan republika.co.id


EmoticonEmoticon

HOT NEWS

Perang Urat Syaraf Ahok, Risma Mulai Bergemuruh