PENAWARAN GRIPEN NG
Gripen NG merupakan pesawat generasi terbaru dari saab Gripen, dimana
di dalamnya disematkan beberapa teknologi terbaru. Ada yang menarik
dari penawaran baru yang diberikan oleh Saab kepada Indonesia untuk
paket pembelian Gripen NG. Saab dari kantor pusatnya di Stockholm
menawarkan pola pembelian dan kerja sama serta pengembangan dan
teknologi untuk satu skuadron pesawat tempur. Jumlah normatif pesawat
tempur dalam satu skuadron adalah 16 unit walau bisa lebih banyak atau
lebih sedikit dari angka itu.
“Yang menarik, enam di antara jumlah yang dibeli Indonesia itu nanti
akan dirakit di Indonesia. Ini proses penting untuk penguasaan
teknologinya,”. Sisa dari unit JAS39 Gripen yang dipesan Indonesia,
katanya, dibangun di hanggar produksinya di Linkoping, Swedia. “Akan
dikerjakan bersama dengan para teknisi dan ahli dari Indonesia dalam
proses pembuatan dari awal hingga akhir di hanggar produksinya di
Linkoping,” kata Kepala Saab indonesia, Peter Carlqvist di Jakarta.
“Saya bisa katakan, 85 persen dari jumlah itu akan berupa alih
teknologi dan kerja sama industri pertahanan yang produknya bisa
dipergunakan untuk kepentingan lain, sesuai keperluan Indonesia,” Lanjut
dia. Nilai kontrak yang diajukan, yaitu 1,14 Milyar dollar US untuk
paket pembelian 1 skuadron Gripen NG. Pelibatan perguruan tinggi dan
institusi penelitian-pengembangan dan industri pertahanan nasional yang
terletak di Indonesia juga masuk dalam pasal tawaran proposal itu.
TRANSFER OF TECHNOLOGY (TOT)
Gambar : Asal negara yang terlibat dalam komponen Gripen NG |
Di dalam 85% TOT yang diberikan saab bisa di combain dengan TOT
produk lain selain pesawat tempur. yang bisa dialihkan ke Industri
pertahanan lain seperti Pindad untuk pengembangan Rudal atau PT LEN
dalam mengembangkan Radar. Fleksibilitas Transfer of Technology yang
diberikan Saab bukan hanya sekedar pengembangan pesawat, tapi bisa dalam
bentuk kerjasama lain yang bisa mendukung industri pertahanan
Indonesia.
Mengenai TOT apa saja yang bisa didapat bisa disesuaikan
dengan kebutuhan Indonesia dalam hal pengembangan pesawat tempurnya. Untuk melihat apa saja yang bisa didapat dari Transfer of Technology
untuk Indonesia, kita bisa melihat dari penawaran Saab ke Brasil
(Embraer). Awal mulanya Brasil mengakusisi Gripen NG, karena Brasil
membutuh produsen pesawat tempur yang bisa memberikan Transfer of
Technology.
Brasil membutuhkan TOT untuk mengembangkan pesawat F-X2
Fighternya demi mewujudkan pesawat tempur dalam negerinya. Perjanjian kemitraan merupakan bagian dari komitmen Saab untuk
mentransfer kerjasama industri dalam kaitannya dengan proyek jet tempur
F-X2 Brasil. Berdasarkan perjanjian ini, Embraer akan memiliki peran
utama dalam kinerja program secara keseluruhan.
Embraer juga akan
mengambil alih banyak pekerjaan produksi dan pengiriman jet tempur
Gripen NG versi Brasil (Brazil’s next-generation fighter jet), baik yang
versi kursi tunggal maupun ganda. Embraer akan bertanggung jawab untuk paket pekerjaan yang luas dalam
pengembangan sistem, integrasi, uji terbang, perakitan akhir dan
pengiriman pesawat. Embraer akan berpartisipasi dalam koordinasi semua
kegiatan pengembangan dan produksi di Brazil.
Selanjutnya, Embraer dan Saab akan bersama-sama bertanggung jawab
untuk pengembangan lebih jauh dari Gripen NG kursi ganda. Embraer dan
Saab akan membangun Pusat Teknik di pabrik industri Embraer di Gaviao
Peixoto, di negara bagian São Paulo, untuk mendukung operasi jet tempur
Gripen NG dengan Angkatan Udara Brasil. Sejak tahun 2015 Brasil telah
mengirim 500 orang SDM nya untuk menyerap Transfer of Technology (TOT)
yang diberikan Saab.
Bukan hanya sekedar merakit, Saab juga memberikan TOT kepada brasil
berupa: Electrical System, Data Link, Display System, IRST, IFF, System
Computers, Navigation, Airframe, Landing Gear dan Weapon and Mission
Equipment. Kemampuan inti dari TOT yang didapat brasil yaitu dengan
Mengintegrasikan Senjata, Data Link, Radar, Software Develpment, Mesin,
Electronic Warfare, Aerodynamics, Tactical System Integration, Radar
Cross Section, pengujian dan Evaluasi, Data recording System, Design
Authority, COTS Integration, Survivability dan Fungsi navigasi.
Keunikan Saab dalam hal TOT yaitu memberikan Fleksibilitas kepada
brasil untuk bereksperimen dan mengembangkan sendiri Gripen NG versi
Brasil. Setelah menyerap semua teknologi yang di dapat, hanya butuh
selangkah lagi untuk mewujudkan pesawat tempur dalam negerinya (F-X2
Fighter Next-Generation). Bukan hal yang tidak mungkin hasil dari TOT
Saab bisa sangat menambah kemampuan para ilmuwan Indonesia untuk
menambah jam terbang dalam membuat pesawat tempur dalam negeri.
DUITNYA SIAPA???
Kalau melihat dari anggaran MEF 2 yang terpublish, dana untuk pesawat
tempur sebesar USD 1.202.500.000. Berarti bakal ada penambahan pesawat
tempur selama MEF 2. Jika memang pembelian SU-35 menggunakan Soft Loan
dari Rusia sebesar USD 3 Milyar, kemungkinan uang sebesar USD 1,2 M
tidak akan diganggu gugat yang berarti ada penambahan pesawat tempur
selain SU-35.
Isu terakhir Menhan pernah menyatakan ketertarikan dengan F-16 selain
mengakusisi SU-35 dan yang terbaru mengenai penambahan FA-50 dari Korea
Selatan. Dengan adanya dana sebesar USD 1,2 Milyar masih sangat mungkin
untuk mengakusisi F-16 dan FA-50, bahkan Gripen NG sekalipun yang
seharga USD 1,14 Milyar. Duitnya Siapa???
KAITANNYA DENGAN KFX
Adanya Gripen NG bisa menjadi pilihan, karena adanya isu pengadaan
untuk F-16 dan FA-50. Selain dari pengaruh politik AS untuk F-16nya
sebagai Penyeimbang dan Korea Selatan dengan FA-50 nya demi memenuhi
tuntutan proyek KFX, Indonesia sedang mencari pesawat tempur yang lebih
hemat dalam operasional untuk mendukung patroli udara dalam menjaga
kedaulatannya.
Sayangnya dari kedua pesawat kurang maksimal untuk
memberikan keuntungan buat bangsa ini. Dimana F-16 punya keunggulan
dalam hal kemampuan bertempur dibanding FA-50, tetapi tidak memberikan
dampak apapun buat kemandirian bangsa ini. Sebaliknya FA-50 demi mendukung kelancaran kemandirian alutsista,
tetapi tidak memberikan efek gentar untuk menambah kekuatan pertahanan
bangsa ini.
Dengan biaya operasional yang murah, bisa menjadi kuda hitam
dalam hal efek gentar dan mendukung kemandirian dengan adanya TOT,
Gripen NG bisa jadi pilihan. Kemandirian yang dimaksud adalah untuk mendukung program IFX yang
sedang berjalan, dimana dalam program IFX bakal membutuhkan proses yang
cukup panjang sekitar 10-15 tahun. Indonesia akan menerima prototipe IFX
pertamanya pada tahun 2021 dan butuh pengembangan lebih lanjut dengan
pembuatan beberapa prototipe lainnya yang diproyeksikan selesai tahun
2026.
Setelah proses sertifikasi kemungkinan tahun 2030 bisa masuk
proses produksi. Dalam proses yang cukup lama tersebut, adanya TOT dari
Saab diharapkan bisa menyerap ilmu dan menambah jam terbang SDM kita
untuk mempercepat proyek IFX.
Pada umumnya Proses yang harus dilalui dalam pembelian alutsista
canggih seperti pesawat tempur biasanya memakan waktu yang cukup lama,
bisa 2-5 tahunan. Hal ini karena pesawat tempur yang dipesan tersebut
biasanya baru akan mulai di produksi setelah adanya penandatanganan
kontrak serta dicairkannya dana awal yang menjadi pertanda kontrak
tersebut efektif. Proses produksi pun memakan waktu yang cukup lama.
Kalau melihat dari kasus pembelian Gripen Thailand yang membutuhkan
waktu hampir 3 tahun, jika kita jadi mengakusisi Gripen NG, kemungkinan
kita akan menerima pesawat tempur Gripen NG pertama Pada tahun 2022.
Dimana indonesia bisa mendapat antrian proses produksi di tahun 2019.
Dalam rentan waktu 3 tahun tersebut SDM indonesia akan menyerap ilmunya,
yang masih memungkinkan untuk dapat membantu proyek IFX Next Generation
versi Indonesia.
KESIMPULAN
Adanya Gripen NG bisa membantu menghemat biaya operasional, menambah
kekuatan pertahanan indonesia dan membantu kemandirian bangsa ini untuk
bisa mempercepat proyek pesawat tempur dalam negerinya. Beberapa
teknologi didalam Gripen NG seperti External Tank, pengintegrasian
senjata, datalink, IFF, sistem komputer, Avionic, pengembangan mesin,
radar, dan Network Centric Warfare untuk program IFX bisa menjadi nilai
lebih dan bisa jadi faktor pembeda dengan KFX.
Gambar : Combat Radius Gripen NG |
Dengan adanya sistem Internal dan eksternal Tank Gripen NG yang baru,
mampu menambah radius tempur yang dapat mencover setengah wilayah
Indonesia. Dengan adanya Transfer of Teknologi dan menjadi mitra
industri pertahan dalam negeri, Saab dapat mendorong industri pertahanan
dalam negeri seperti PT DI, PT LEN, PINDAD, PT Infoglobal Avionik dan
beberapa inudustri pertahanan lainnya untuk lebih cepat menyerap
teknologidari hasil TOT dengan Saab.
Kesamaan mesin Gripen NG dengan IFX, memperudah penyetaraan dalam hal
perawatan dan suku cadang, dimana indonesia akan kedatangan 50 unit
IFX. Dengan jaminan perawatan bisa dilakukan didalam negeri dari Saab,
menunjukan kesiapan indonesia dalam menyambut IFX. Adanya 6 unit Gripen
NG yang diproduksi di dalam negeri akan menambah line produksi PT DI,
yang memungkinkan untuk menambah lapangan kerja baru dan akan menambah
jam terbang SDM PT DI.
Saab memberikan kerjasama kemitraan dalam jangka panjang seperti yang
sudah dilakukan Brasil. Pengalaman Saab dalam pesawat delta+chanard
bisa membantu Indonesia untuk pengembangan bersama dalam proyek IFX blok
2. Adanya Pengadaan Gripen NG tidak akan membenturkan atau menjegal
proyek IFX, tapi untuk kesinambungan dalam proyek IFX. Untuk masalah
financial pun tidak akan menggerogoti karena memang Indonesia sudah
menganggarkan untuk pembelian pasawat tempur baru pada program MEF 2.
Sumber : JakartaGreater.com dan Kiriman Artikel : AL
EmoticonEmoticon