Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menyatakan, pembangunan pangkalan
militer di Natuna penting untuk menjaga sumber daya alam di kawasan
itu. Tak cuma di Natuna, pangkalan militer akan dibangun di
wilayah-wilayah lain yang berada di garis terluar perbatasan Indonesia.
“Targetnya, mudah-mudahan (pembangunan pangkalan militer) 2017 sudah
selesai. Wajah Indonesia nanti akan berubah total,” kata Tjahjo di
Kantor Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan. Natuna sebagai salah satu wilayah yang bakal berubah wajah, belakangan
menjadi titik panas setelah Indonesia dan China terlibat tiga kali
insiden di perairannya.
China menyebut perairan Natuna yang berdasarkan
laut internasional merupakan zona eksklusif Indonesia, sebagai zona
perikanan tradisionalnya. “Natuna punya potensi jual pariwisata yang tinggi. Harus ada pasukan,
radar canggih, satu skuadron pesawat, kapal selam, dan armada-armada
pendukung seperti tank di sana,” kata Tjahjo.
Tahun ini pembangunan pangkalan militer di Natuna mulai berjalan.
Daerah di barat daya Kalimantan ini akan menjadi basis pertahanan
Republik Indonesia di tepi wilayah sengketa Laut China Selatan.
“Natuna kebetulan berbatasan dengan beberapa negara, maka dikembangkan radar monitoring di situ,” ujar Sekretaris Kabinet Pramono Anung di Kantor Presiden, Jakarta, sehari sebelumnya.
“Natuna kebetulan berbatasan dengan beberapa negara, maka dikembangkan radar monitoring di situ,” ujar Sekretaris Kabinet Pramono Anung di Kantor Presiden, Jakarta, sehari sebelumnya.
Sebagai rangkaian dari pembangunan pangkalan militer itu, landasan
pacu di Natuna akan diperbaiki dan dikembangkan hingga bisa didarati
pesawat berbadan besar. “Untuk menjaga kedaulatan Natuna sebagai pulau terdepan RI, saya
perintahkan TNI khususnya Angkatan Laut dan Bakamla (Badan Keamanan
Laut) meningkatkan patroli penjagaan di kawasan itu,” kata Presiden
Jokowi.
Jokowi juga menginstruksikan pengembangan industri perikanan.
Berdasarkan laporan yang ia terima, hasil laut Natuna baru 8,9 persen
dari potensi yang dimiliki. Oleh sebab itu pemerintah akan membangun
gudang penyimpanan ikan awal Agustus di Natuna.
Potensi minyak-gas di Natuna juga jadi perhatian. Dari 16 blok migas
di Natuna, hanya lima yang berproduksi, sedangkan tujuh blok dalam tahap
eksplorasi dan empat blok sisanya dalam proses terminasi. “Ini perlu didorong lagi, dipercepat sehingga mendatangkan manfaat bagi kita,” kata Jokowi.
Selain itu, Presiden memerintahkan perbaikan dan pembangunan
infrastruktur di Natuna untuk mempercepat akses masyarakat dan
meningkatkan konektivitas mereka. Soal pangkalan militer, selain di Natuna, Saumlaki di Tanimbar Maluku
Tenggara Barat dan Morotai di Halmahera Maluku yang berbatasan dengan
Australia dan Papua Nugini, juga akan memilikinya.
“Semua wilayah perbatasan akan diperkuat,” kata Tjahjo. Terlebih, daerah-daerah perbatasan selama ini marak dengan kasus penyelundupan, mulai rokok, narkotik, sampai manusia. Kasus penyelundupan narkotik dan barang ilegal yang tinggi di
perbatasan, menurut Sekretaris BNPP Triyono Budi Sasonko, merupakan
tantangan terbesar lembaganya.
Ia mencontohkan perbatasan Kalimantan Utara yang rawan penyelundupan
narkotik. “Kaltara itu meski provinsi baru, ancaman narkobanya nomor dua
setelah DKI Jakarta.” Untuk menunjang pengamanan di perbatasan, pemerintah akan memperkuat
peran Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan.
Petugas BNPP nantinya lebih
banyak turun ke lapangan untuk memonitor. Mereka juga akan merancang
perencanaan dan menyusun anggaran terkait fasilitas infrastruktur yang
masih kurang dan mesti diperbaiki. “Kami akan membangun gapura-gapura perbatasan, kantor-kantor
imigrasi, bea cukai dan sebagainya.
Mudah-mudahan 2017 selesai, sehingga
2018 tinggal melengkapi jika perlu dibangun terminal, rumah sakit,
pasar tradisional, dan lain-lain,” ucap Tjahjo selaku pengarah sekaligus
anggota BNPP. Sejak 2015, BNPP telah membangun pelabuhan, jalan, bandara dan menara
base transceiver station (BTS) di 187 kecamatan di perbatasan. Pada
2017, Tjahjo yakin pembangunan infrastruktur akan rampung.
“Pada 2017, satuan-satuan TNI harus sudah siap semua. Radar siap, pasukan siap, asrama siap,” kata Tjahjo. Meski mengakui pemangkasan anggaran untuk kementerian dan lembaga
menghambat pembangunan infrastrukur dan fasilitas penunjang di daerah
perbatasan, Tjahjo optimistis Kementerian Keuangan akan meningkatkan
anggaran untuk BNPP.
“Pada 2015, anggaran kami hampir Rp14 triliun. Tahun 2016 Rp9,2
triliun. Pada 2017 kami minta Rp17 triliun. Namun kami tak mau egois,
ikut apa perintah Presiden. Sekarang dipotong, siapa tahu tahun depan
naik,” ujar Tjahjo.
EmoticonEmoticon